Ditulis oleh Siti Rosalina
Mahasiswa STEI SEBI Depok
[WARTANUSANTARA.ID] Dalam Islam, pentingnya adab tidak dapat dianggap remeh. Bahkan adab dianggap sebagai salah satu aspek inti dari ajaran Islam. Kepentingan adab dalam Islam begitu besar hingga para ulama salaf bahkan menyusun buku khusus yang mengulasnya. Adab sendiri memiliki makna yang mencakup kesopanan, keramahan, tata krama yang baik, menempatkan segala sesuatu pada tempatnya, serta tindakan seperti jamuan dan lain sebagainya. Prof. Naquib al-Attas memahami adab sebagai suatu cara untuk mendisiplinkan jiwa dan pikiran. Dengan demikian, adab dalam konteks ini dapat dijelaskan sebagai upaya untuk membentuk karakter dan perilaku yang baik, sebagaimana yang tergambarkan dalam satu hadits yang disebutkan dalam penjelasan ini.
“Sesungguhnya Kitab Suci al-Qur’an ini adalah jamuan (ma’dabah) Allah di bumi, maka lalu belajarlah dengan sepenuhnya dari jamuanNya”
Dari penjelasan hadits itu, dapat kita simpulkan bahwa umat Islam disarankan untuk memahami etika dengan baik. Allah Swt. juga menekankan bahwa etika memiliki dampak besar dalam mendatangkan kasih sayang dari sesama manusia, sebagaimana diungkapkan-Nya dalam Al-Qur'an.
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut, terhadap mereka. Seandainya kamu bersikap keras lagi berhati kasar tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu”
Penerapan norma-norma etika dalam konteks pendidikan Islam menjadi sangat penting karena aspek-aspek ilmu dan proses pencapaiannya diarahkan dengan pendekatan tawhid (konsep keesaan Tuhan dalam Islam) dan objek-objeknya dinilai dengan perspektif pandangan dunia Islami (worldview Islam). Pendekatan tawhidi ini menolak pendekatan yang memisahkan antara aspek-aspek realitas. Menurut al-Attas, pendidikan Islam bukanlah sekadar pelatihan yang bertujuan mencetak spesialis, melainkan suatu proses yang bertujuan menciptakan individu beretika (insan adabi) yang mampu menguasai berbagai disiplin ilmu secara holistik dan kohesif yang mencerminkan pandangan dunia Islam.
Apabila etika diintegrasikan dalam pendidikan, maka peserta didik tidak hanya akan memiliki kecerdasan intelektual dan keterampilan saja, tetapi juga akan memahami tujuan dari pengetahuan yang mereka miliki dan cara penggunaannya secara etis. Sejauh ini, model pendidikan yang berfokus pada pelatihan cenderung menghasilkan individu yang pragmatis, yang aktivitasnya tidak mencerminkan pandangan dunia Islam. Mereka belajar semata-mata untuk memenuhi kebutuhan materi, sedangkan pendidikan seharusnya merupakan suatu proses panjang yang puncaknya adalah mencapai kebahagiaan di akhirat.
Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan implementasi konsep ta'dib dalam pendidikan. Hal ini karena dalam konsep ini, tujuan penguasaan berbagai disiplin ilmu harus selalu disertai dengan perspektif pandangan dunia Islam. Dengan kata lain, tidak ada pemisahan antara ilmu umum dan ilmu syar'i. Semua bidang ilmu, termasuk matematika, fisika, kimia, biologi, bahasa, ilmu sosial, dan lain sebagainya, harus dihubungkan dengan ajaran agama.
Dalam konteks konsep pendidikan ta'dib, pentingnya mengintegrasikan ilmu sains dan ilmu humaniora dengan ilmu syar'i menjadi pusat perhatian. Hal ini karena dalam pandangan Islam, aspek dunia harus selalu dihubungkan dengan aspek akhirat secara mendalam, dengan aspek akhirat menjadi titik akhir yang paling penting. Pandangan hidup Islam terbentuk melalui serangkaian konsep yang saling terkait, seperti konsep Tuhan, wahyu, manusia, alam, ilmu, agama, dan lainnya. Menurut al-Attas, individu yang beradab dalam pandangan Islam adalah individu yang memiliki kesadaran akan peran mereka di tengah-tengah realitas alam dan memiliki kemampuan untuk bertindak sesuai dengan ilmu pengetahuan secara positif, dipercayai, dan terpuji.
Islam, sebagai agama yang berakar pada wahyu Allah, tidak menolak nilai-nilai universal yang baik. Namun, nilai-nilai baik seperti kejujuran, kesopanan, dan toleransi dalam Islam tidak hanya dipandang sebagai "rasa kemanusiaan" semata yang berdiri sendiri tanpa dasar keimanan. Dalam ajaran Islam, seorang Muslim diberikan perintah untuk berperilaku jujur, bukan hanya karena manfaatnya sebagai sifat manusia, melainkan karena itu adalah perintah Allah Swt. Seperti yang diungkapkan oleh Adian Husaini, semua aktivitas kemanusiaan, termasuk amal shaleh, akhlak, dan nilai-nilai kebajikan lainnya seperti kejujuran, kebersihan, dan kerja keras, harus dihubungkan dengan iman. Jika tindakan baik atau sifat kemanusiaan tidak didasarkan pada iman, maka tindakan tersebut bisa menjadi berbahaya bahkan melanggar ketentuan Allah Swt.
Mengenai penerapan adab dalam pendidikan, hal ini merupakan suatu keharusan bagi dunia pendidikan. Seperti yang diungkapkan oleh Ibnu Jama'ah, mengamalkan satu aspek adab lebih bernilai daripada memperoleh pengetahuan dalam tujuh puluh bidang ilmu. Secara umum, adab adalah bagian integral dari hikmah dan keadilan, sehingga hilangnya adab dapat menyebabkan ketidakadilan, kebodohan, bahkan gangguan psikologis secara alami