Perang Uhud, Pasukan Islam Tidak Sepenuhnya Kalah


[wartanusantara.id]
Kalahnya pasukan musyrikin Quraisy dalam perang Badar, tokoh kafir Quraisy Abu Sufyan berniat untuk membalaskan dendamnya kepada Rosulullah Saw.

Abu Sufyan berhasil meyakinkan para pemilik saham kafilah dagangnya untuk merelakan laba hasil perdagangannya sebagai biaya perang selanjutnya.

"Sesungguhnya Muhammad telah membuat kami kehilangan banyak orang pilihan kami. Dan kami rela bila laba hasil perdagangan kami ini dijadikan biaya untuk persiapan memerangi Muhammad beserta para sahabatnya," ujar Abu Sufyan dan kafilahnya masih berdiri di depan Darun-Nadwah.

Mereka pun merelakan laba hasil perdagangannya untuk persiapan perang selanjutnya, laba yang terkumpul 50ribu dinar. Mereka berhasil mengumpulkan tiga ribu pasukan yang terdiri dari Quraisy dan orang-orang Habsyah.

Kemudian pasukan musyrikin Quraisy berangkat menuju Madinah dengan membawa para biduanita, iringan rebana, genderang, dan khamar. Mereka tiba di sebuah tempat dekat Madinah, yaitu Dzul Hulaifah.

Sebelumnya Rosulullah mendapatkan kabar dari pamannya Abbas bin Abdul Muthalib terkait persiapan perang balas dendam musyrikin Quraisy ini. 

Rosulullah mengadakan musyawarah dengan para sahabatnya. Rosulullah mengusulkan untuk tetap bertahan di Madinah (perang kota), para sahabat senior menyetujuinya. Namun orang-orang yang baru masuk Islam, terutama yang tidak ikut dalam perang Badar, mengusulkan agar keluar memukul pasukan musyrikin Quraisy. Jumlah mereka (orang-orang baru masuk Islam) banyak, akhirnya Rosulullah setuju dengan usulan tersebut.

Perang tersebut dinamakan Perang Uhud. Perang Uhud terjadi pada bulan Syawal tahun ketiga Hijriyah.

Rosulullah Saw. sendiri menyiapkan pasukan sebanyak 1.000 orang. Di tengah perjalanannya menuju Uhud, pasukan sebanyak 300 orang yang dipimpin oleh tokoh munafik Abdullah bin Ubay mundur dan kembali ke Madinah.

Rosulullah menunjuk Zubair bin Awwam untuk memimpin pasukan yang berhadapan dengan pasukan Khalid bin Walid. Beliau pun membentuk pasukan pemanah sebanyak 50 orang di belakang barisan pasukan Islam, yaitu di atas bukit. Beliau berpesan kepada pasukan pemanah agar tidak meninggalkan posisinya baik menang maupun kalah.

Pertempuran dimulai setelah perang adu tanding. Pasukan berkuda musyrikin Quraisy gagal membobol barisan pasukan Islam, dan semuanya mundur karena dihujani anak panah pasukan pemanah kaum muslimin.

Pasukan Islam nyaris meraih kemenangan, namun pasukan pemanah yang berada di atas bukit mengabaikan perintah Rosullah. Pasukan pemanah tergoda untuk turun dari bukit mengambil harta ghanimah. Hanya sebagian kecil yang tetap bertahan di atas bukit.

Pada kesempatan tersebut, pasukan pimpinan Khalid bin Walid menyerang pasukan pemanah kemudian menyerang pasukan Islam dari arah belakang. Serangan mendadak ini membuat barisan pasukan Islam panik dan buyar.

Banyak sekali tokoh-tokoh senior sahabat Rosulullah syahid dalam perang Uhud, mereka adalah Hamzah bin Abdul Muthalib, Mush'ab bin Umair, dan sebagainya. Pasukan Islam yang syahid dalam perang ini sebanyak 70 orang.

Rosulullah sendiri pun mengalami luka-luka dan pernah pingsan karena jatuh terperosok ke dalam perangkap. Sempat tersebar berita hoax bahwasanya beliau terbunuh.

Banyak pasukan Islam yang syahid jenazahnya dicincang oleh pasukan Musyrikin, termasuk Hamzah bin Abdul Muthalib perutnya dibelah oleh Hindun, istri Abu Sufyan. Pasukan musyrikin yang dipimpin Abu Sufyan pulang ke Mekkah.

Menurut Muhammad Al-Khudari Bek dalam Sirahnya menyatakan bahwa pasukan Islam dalam perang Uhud tidak sepenuhnya kalah. Sebab andaikan pasukan Islam kalah, niscaya pasukan musyrikin akan melakukan pengejaran hingga sampai Madinah.

Saat kembali ke Madinah, Rosulullah tetap waspada dan memerintahkan pasukan Islam untuk membuntuti musuhnya karena khawatir mereka akan melakukan penyerangan ke Madinah.

Pasukan tersebut dipimpin Ali bin Abi Thalib. Ketika pasukan Islam tiba di Hamra'ul Asad, ternyata dugaan Rosulullah benar. Pasukan musyrikin saling mencela karena membiarkan pasukan muslimin. Mereka bertekad untuk melakukan penyerangan kembali.

Begitu ada kabar bahwasanya pasukan Rosulullah keluar dari Madinah membuntuti mereka, akhirnya mereka takut dan meneruskan perjalanannya menuju Mekkah.

Sumber diolah dari buku sirah Nurul Yaqin karya  Muhammad Al-Khudari Bek
Foto : serambinews.com-Tribun Aceh

Iman Blogger.


0/Post a Comment/Comments