Peran Bani Umayyah Dalam Penaklukan Syam (Suriah)

[wartanusantara.id] Syam yang kini meliputi Suriah, pada zaman Rosulullah termasuk dalam wilayah Byzantium Romawi Timur. Orang-orang Arab Mekkah, termasuk Rosulullah sendiri, seringkali mengadakan perdagangan ke wilayah Syam.

(Masjid Umayyah di Damaskus/Foto : Republika)

Peperangan antara pasukan Islam dan Romawi pernah terjadi pada zaman Rosulullah Saw., yaitu perang Mu'tah pada tahun 8 H. Awal mula perang ini, terjadi ketika utusan Rosulullah bernama Harits bin Umair dibunuh oleh Gubernur Bashrah Syurahbil yang merupakan bawahan kerajaan Byzantium Romawi Timur.

Pertempuran Mu'tah secara jumlah pasukan tidak seimbang, 3000 pasukan Islam yang dipimpin Zaid bin Haritsah melawan 200ribu pasukan sekutu Romawi. Dalam pertempuran tersebut, Zaid bin Haritsah Syahid. Kemudian komando diambil oleh Jafar bin Abi Thalib, ia pun Syahid. Kemudian Abdullah bin Rawahah menggantikannya, tak lama kemudian ia pun syahid. Khalid bin Walid ditunjuk sebagai panglima baru. Dengan strateginya yang cemerlang ia mampu membalikkan situasinya, berhasil memukul mundur pasukan Romawi Timur.

Ketika kepemimpinan berpindah kepada Abu Bakar, setelah perang riddah Khalifah Abu Bakar menyiapkan penaklukkan ke wilayah Syam Romawi dan Persia.

Khusus penaklukan Syam, orang-orang bani Umayyah memiliki peran penting. Hal ini merupakan kesengajaan Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq, sebab ia mengetahui adanya hubungan yang berakar kokoh antara orang-orang bani Umayyah dan orang-orang Mekkah di satu pihak dengan kabilah-kabilah Arab yang tinggal di wilayah Syam di bawah kekuasaan Byazantium Romawi. Hubungan tersebut terajut melalui aktivitas perdagangan antara Mekkah dengan Syam pada zaman Jahiliyah, di mana bani Umayyah merupakan pelopornya yang berada di garis depan.

Panji pertama gerakan penaklukan Syam pada zaman Abu Bakar dipegang oleh Khalid bin Sa'id bin Al-Ash dari Bani Umayyah. Kemudian Abu Bakar menggantinya dengan Yazid bin Abu Sufyan bin Harb dari Bani Umayyah. Pasukan Yazid bin Abu Sufyan merupakan pasukan perang besar pertama yang dikirim oleh Abu Bakar ke Syam.

Dalam penaklukan Syam ini, Mua'wiyah bin Abu Sufyan ikut bersama saudaranya (Yazid bin Abu Sufyan). Begitu pula dalam perang Yarmuk, Abu Sufyan bin Harb ikut serta.

Setelah wafatnya Abu Bakar, kemudian Umar bin Khatab dibaiat menjadi Khalifah. Ia tetap menaruh kepercayaan soal Syam kepada orang-orang Bani Umayyah.

Yazid bin Abu Sufyan dipercaya oleh Khalifah Umar bin Khatab sebagai Gubernur wilayah Damaskus dan sekitarnya. Sementara Mu'awiyah mulai dipercaya oleh Khalifah Umar untuk menaklukkan Qaisariyah.

Ketika Yazid bin Abu Sufyan wafat karena wabah  penyakit Tha'un, Khalifah Umar bin Khatab mengangkat saudaranya (Mu'awiyah) sebagai Gubernur atas Damaskus, Ba'labak, dan Balqa'. 

Khalifah Umar sendiri mengakui kecerdikan Mu'awiyah. Ia berkata, " Kalian menyebut-nyebut Kisra dan Kaisar dan kecerdikan keduanya, padahal kalian memiliki Mu'awiyah ( yang juga hebat).

Ketika Utsman bin Affan dibaiat menjadi Khalifah pengganti Umar, baru ia menjadikan Mu'awiyah sebagai Gubernur atas mayoritas wilayah Syam.

Begitu pula ketika terjadinya fitnah atas terbunuhnya Khalifah Utsman bin Affan, penduduk Syam merupakan pendukung terkuat bagi Mu'awiyah dalam konflik melawan Khalifah Ali bin Abi Thalib.

Setelah terjadinya perdamaian antara Hasan bin Ali dan Mu'awiyah bin Abu Sufyan, Kekhilafahan Islam berpindah ke Syam. Damaskus merupakan ibu kota Daulah Bani Umayyah.

Oleh Iman Blogger
*Sumber diolah dari buku Mu'awiyah bin Abu Sufyan karya Ali Muhammad Ash-Shalabi, Nurul Yaqin karya Muhammad Khudari Bek, dan artikel-artikel republika.

0/Post a Comment/Comments