Fitnah Nepotisme Terhadap Khalifah Utsman bin Affan Soal Jabatan

[wartanusantara.id]Artikel ini telah terbit di Kumparan pada 11 February 2021. Klik di sini

Awal Mula Fitnah Nepotisme


Khalifah Utsman bin Affan merupakan salah satu sahabat Nabi yang mulia, dijamin masuk surga, dan bergelar dzun nurain, karena menikahi dua puteri Rosulullah SAW. Dalam sejarahnya, fitnah nepotisme selalu melekat pada diri Khalifah Utsman. Terutama tuduhan pengangkatan pejabat dari sanak kerabatnya.

Kaligrafi nama Utsman bin Affan / sumber gambar : wikipedia


Utsman bin Affan diangkat menjadi Khalifah setelah Umar bin Khatab meninggal dunia. Dalam buku sejarah yang dipelajari di madrasah disebutkan bahwa Utsman bin Affan memimpin dua periode berlangsung. Periode 6 tahun pertama ditandai dengan berbagai keberhasilan dan kejayaan. Periode 6 tahun kedua ditandai dengan gejolak fitnah. Salah satunya fitnah nepotisme soal pengangkatan pejabat dari sanak kerabat Khalifah Utsman

Bantahan Fitnah Nepotisme Terhadap Khalifah Utsman soal Jabatan


Seorang ulama Ali Muhammad Ash-Shallabi dalam karya bukunya berjudul 'Biografi Muawiyah bin Abu Sufyan' menuturkan para ahli sejarah (termasuk Sayyid Quthb, Abu al-A'la al-Maududi, Thaha Husain, masih banyak) keliru ketika membicarakan kedekatan Utsman dengan sanak keluarganya sehingga mereka memegang kendali pemerintahan di zamannya. Mereka beranggapan, karena nepotisme inilah yang memicu kemarahan rakyat terhadapnya.

Ali Muhammad Ash-Shallabi menyebutkan jumlah gubernur pada zaman Khalifah Utsman bin Affan ada 26 orang. Hanya ada 5 orang gubernur yang merupakan sanak kerabatnya. Mereka adalah Mu'awiyah bin Abu Sufyan, Abdullah bin Sa'ad bin Abu as-Sarah, al-Walid bin Uqbah, Sa'id bin al-Ash, dan Abdullah bin Amir.

Apakah karena 5 orang ini kesalahan Khalifah Utsman bin Affan perlu digugat? Padahal jumlah gubernur ada 26 orang secara keseluruhan, sebagaimana dijelaskan di atas. Ali Muhammad Ash-Shalabi menjelaskan para gubernur yang lima tersebut bukan pada saat bersamaan. Utsman mengangkat al-Walid bin Uqbah namun kemudian memakzulkannya dan menggantinya dengan Sa'id bin al-Ash. Karena rakyat Kufah (Irak) tidak pernah bisa menerima Gubernur siapapun, termasuk yang terjadi pada Sa'ad bin Abi Waqqash yang dimakzulkan oleh Khalifah Umar bin Khatab.

Bahkan saat Utsman wafat, dari bani Umayyah yang tersisa menjadi gubernur hanya 3 orang. Mereka adalah Muawiyah bin Abu Sufyan, Abdullah bin Sa'ad bin Abu as-Sarah, dan Abdullah bin Amir.

Sedangkan posisi Mu'awiyah sebagai gubernur Syam sudah terjadi sebelum Khalifah Utsman menjabat. Memang terjadi penambahan wilayah kekuasaan Gubernur Mu'awiyah pada zaman Khalifah Utsman. Seperti wilayah Himsh dan Palestina yang masuk dalam wilayah kekuasaan di bawah gubernur Mu'awiyah. Hal itu dikarenakan karena gubernur Mu'awiyah memiliki kecerdikan dan kecakapan dalam memimpin. Apalagi Syam merupakan wilayah yang berbatasan dengan wilayah Romawi/Byzantium.

Kriteria Pengangkatan Pejabat Pada Zaman Khalifah Utsman bin Affan 


Dalam bukunya Ali Muhammad Ash-Shallabi melanjutkan bahwa Utsman tidak mengangkat salah seorang dari kerabatnya dengan mengorbankan kaum Muslimin. Bila Utsman hendak mengambil hati salah seorang kerabatnya, niscaya anak tirinya Muhammad bin Abu Hudzaifah adalah orang yang paling patut mendapatkannya. Akan tetapi Utsman menolak menyerahkan sebuah tugas kepadanya karena dia memang tidak kapabel, dia berkata kepada Ibnu Abu Hudzaifah, "Putraku, seandainya kamu memang kapabel, kemudian kamu berharap bekerja padaku, niscaya aku menyerahkannnya kepadamu, tetapi aku melihatmu tidak demikian."

Keterangan di atas bukan karena statusnya sebagai anak tiri Utsman. Tetapi kriteria pengangkatan pejabat oleh Khalifah Utsman karena harus memiliki kapabilitas.

Jika perkataan Utsman tersebut didasari oleh kebencian atau sentimen terhadap Muhammad bin Abu Hudzaifah, niscaya Utsman tidak akan membekali dan menyiapkan keberangkatannya saat dia meminta izin untuk pergi ke Mesir.

Sumber disimpulkan dari buku Biografi Muawiyah bin Abu Sufyan karya Ali Muhammad Ash-Shalabi. Penerbit Darul Haq, cetakan III 2016.

Iman Blogger
Masih belajar membaca buku sejarah Islam

0/Post a Comment/Comments