Menurut H. Fuad Ihsan (2005: 1) menjelaskan bahwa dalam pengertian yang sederhana dan secara umum makna pendidikan sebagai “Usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada didalam masyarakat dan kebudayaan”. Usaha-usaha yang dilakukan untuk menanamkan nilai-nilai dan norma-norma tersebut serta mewariskan kepada generasi berikutnya untuk dikembangkan dalam hidup dan kehidupan yang terjadi dalam suatu proses pendidikan sebagai usaha manusia untuk melestarikan hidupnya.
Dalam Islam sendiri kewajiban mencari ilmu itu berlaku secara global tanpa menapikan salah satu pihak, baik laki-laki ataupun perempuan mempunyai kewajiban dan hak yang sama dalam menuntut ilmu. Hal ini dijelaskan dalam sebuah hadits riwayat Anas bin Malik dengan redaksi :
حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ
حَدَّثَنَا حَفْصُ بْنُ سُلَيْمَانَ حَدَّثَنَا كَثِيرُ بْنُ شِنْظِيرٍ عَنْ
مُحَمَّدِ بْنِ سِيرِينَ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ
مُسْلِمٍ وَوَاضِعُ الْعِلْمِ عِنْدَ غَيْرِ أَهْلِهِ كَمُقَلِّدِ الْخَنَازِيرِ
الْجَوْهَرَ وَاللُّؤْلُؤَ وَالذَّهَبَ
Telah menceritakan kepada kami Hisyam bin Ammar berkata, telah menceritakan kepada kami Hafsh bin Sulaiman berkata, telah menceritakan kepada kami Katsir bin Syinzhir dari Muhammad bin Sirin dari Anas bin Malik ia berkata; Rasulullah ﷺ bersabda, “Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim. Dan orang yang meletakkan ilmu bukan pada ahlinya, seperti seorang yang mengalungkan mutiara, intan dan emas ke leher babi.”
Dari hadits di atas kembali ditekankan,
bahwa kewajiban menuntut ilmu berlaku secara global tanpa memandang jenis
kelamin, juga batasan usia. Namun sayangnya, bagi sebagian masyarakat awam,
pendidikan bagi perempuan selalu dianggap bukan hal yang penting. Tak sedikit
orang tua yang lebih memilih menjuruskan anaknya untuk bekerja bahkan ada yang
memilih segera dinikahkan. Hal ini didasari sebuah pemikiran kuno yang kurang
lebih seperti ini “Untuk apa perempuan sekolah tinggi, toh pada akhirnya akan
kembali mengurusi dapur”.
Hal yang terdengar memang benar namun
tidak dapat dibenarkan secara langsung, ada beberapa aspek yang perlu kita
tinjau terkait peran perempuan yang harus dikaitkan dengan pentingnya keilmuan.
Diantara banyaknya peran, ada peran-peran yang paling mendasar yang perlu
diketahui yaitu:
Pertama, Perempuan sebagai hamba Allah.
Sebagai hamba Allah, perempuan mempunyai tanggung jawab yang sama dengan
laki-laki, yakni sama-sama mempunyai kewajiban untuk mengabdikan diri kepada
Allah SWT. Dalam firmanNya dikatakan, “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan
manusia melainkan untuk beribadah” (QS Adz Dzariat : 56). Pada hakikatnya
memang tujuan seorang hamba adalah beribadah kepada Allah. Di sini tentu saja
jelas, bahwa agar mampu beribadah yang baik perlulah keilmuan yang mumpuni,
yang dapat mengantarkannya kepada ladang pahala yang luas, bukan hanya sekedar
muslimah yang beribadah ala kadarnya.
Kedua, Perempuan Sebagai Istri. Sebagai istri,
perempuan memiliki pengaruh yang kuat terhadap ketenanga jiwa seorang suami.
Allah berfirman yang Artinya :“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah
Dia menciptakan untuk kalian istri-istri dari jenis kalian sendiri, supaya
kalian cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan menjadikan rasa kasih dan
sayang di antara kalian." (QS. Ar-Rum: 21).
Mendapatkan predikat Istri shalihah
tentunya bukanlah hal yang mudah jika tidak dilandasi ilmu yang mumpuni,
pertengkaran adalah hal lumrah bagi mereka yang tidak punya batasan akan marah
juga perilaku dalam rumah tangga. Sebagai sosok istri maka sudah menjadi
kewajiban dan tuntutan agar memiliki ilmu yang mumpuni, tujuannya tiada lain
dan tidak bukan adalah untuk menciptakan keharmonisan dalam rumah tangga istri
yang faham akan ilmu tidak akan menyusahkan
hati suaminya pun sebaliknya.
Ketiga, kedudukan perempuan sebagai orang
tua. Sesuai dengan kodratnya, tugas melahirkan anak terletak pada perempuan,
tidak pada laki-laki. Namun, dalam proses membesarkan dan mendidik anak adalah
tugas laki-laki dan perempuan, yaitu ayah dan ibu.
Keempat, kedudukan perempuan sebagai
anggota masyarakat. Secara umumnya, perempuan adalah bagian dari masyarakat
sehinggaia memiliki tanggung jawab terhadap lingkungan serta kondisi sosialnya
teretuma dalam menjalankantanggung jawab amar ma'ruf nahi munkar.
Melihat peran di atas perempuan memiliki
tanggung jawab keilmuan yang besar, apalagi melihat peran yang ketiga menjadi
sebuah keurgensian utama bagi perempuan dalam menuntut ilmu, hal ini didasari
karena:
1. Perempuan Adalah Pendidik.
الاُمّ مدرسة الأُولى اذا اعددتها اعددت
شعبا طيّبا
“Ibu adalah sekolah utama, bila engkau
mempersiapkanya maka engkau telah mempersiapkan generasi yang terbaik”.
Melalui ungkapan ini tidak mungkin kita
bisa melahirkan anak didik yang berkompeten jika pendidiknya pun tidak
terdidik. Anak mungkin akan mendapatkan pendidikan dibangku sekolah, namun
tetap bagi anak guru pertama adalah seorang ibu.
2. Perempuan Mewariskan Kecerdasan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh University of Washington, perempuan (dalam hal ini ibu), menurunkan gen
kecerdasan lebih banyak karena perempuan memiliki dua kromosom X. Ayah hanya
memiliki satu kromosom X. Kromosom inilah yang menentukan fungsi kognitif
seorang anak. Dalam Al Mu’jam Ash Shaghir 1/140 hadits no. 137 dari Aisyah
radhiallahu’anha:
. لا تَسْتَرْضِعُوا
الْوَرْهَاءَ ” ، قَالَ الأَصْمَعِيُّ : سَمِعْتُ يُونُسَ بْنَ حَبِيبٍ ، يَقُولُ
: الْوَرْهَاءُ : الْحَمْقَاءُ
“jangan kalian menyusukan (bayi kalian)
kepada wanita yang warha‘”. Al Ashma’i berkata: ‘aku mendengar Yunus bin Habib
berkata bahwa warha‘ itu artinya dungu.
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan bagi seorang perempuan adalah hal yang penting, serta uraian ini menjadi bantahan untuk ungkapan kuno yang selalu terngiang di telinga kaum perempuan. Karena pada nyatanya urusan kedapuran pun perlu melibatkan keilmuan. Tentunya pula sebagai seorang perempuan mengetahui peran serta keurgensian pendidikan, sudah sepatutnya kita haus akan pendidikan , selalu haus untuk terus mencari ilmu sekalipun bukan melalui bangku pendidikan formal.
By Sintia Sinta
Mahasiswa STIE SEBI Depok
Sumber Referensi :
Ahmad Hanafi. 2015. PERAN PEREMPUAN DALAM ISLAM. Jurnal.ar-raniry.ac.id.
Diakses pada 15 Oktober 2020
Ajeng Dytiaayu. 2019. Pentingnya Pendidikan Untuk Perempuan. https://www.google.com/amp/s/www.kompasiana.com/amp/ajeng90463/5c3dee45677ffb39ca045272/pentingnya-pendidikan-untuk-perempuan.
Diakses pada 14 Oktober 2020.
Zakky. 2020. Pengertian Pendidikan. https://www.zonareferensi.com/pengertian-pendidikan/ . Diakses pada 13 Oktober 2020.