Serikat Dagang Islam dirintis oleh H. Samanhudi (seorang pedagang batik yang sukses) pada 16 Oktober 1905 di Surakarta. SDI pada awalnya bertujuan untuk menghimpun para pedagang pribumi muslim (khususnya pedagang batik) agar bisa bersaing dengan para pedagang Tionghoa.
Organisasi Serikat Dagang Islam (SDI) di bawah H. Samanhudi berkembang pesat, sehingga banyak tokoh yang berpengaruh bergabung dalam organisasi tersebut. Diantaranya adalah Tirtoadisurjo yang dikenal sebagai bapak jurnalisme Indonesia.
Tirtoadisurjo sebagai lulusan OSVIA telah meninggalkan dinas pemerintahan dan menjadi wartawan. Pada tahun 1903, ia mendirikan surat kabar pertama yang didirikan, didanai, dan dijalankan oleh orang-orang Indonesia asli, yaitu mingguan berbahasa Melayu Soenda Berita yang dicetak di Cianjur. Ia juga mendirikan Medan Prijaji di Batavia pada tahun 1907.
Pada tahun 1909, Tirtoadisurjo mendirikan Serikat Dagang Islam di Batavia (Jakarta). Pada tahun 1910 ia juga mendirikan organisasi yang sama (SDI) di Buitenzorg (Bogor). Kedua organisasi yang didirikannya bertujuan untuk membantu pedagang-pedagang Indonesia.
Pada tahun 1911 Tirtoadisurjo mendorong H. Samanhudi untuk mendirikan Serikat Dagang Islam sebagai suatu koperasi pedagang batik Jawa.
Tirtoadisurjo dan H. Samanhudi terlibat cekcok. Mungkin bisa jadi karena perubahan nama organisasi tersebut menjadi Serikat Islam. Asal-usul organisasi yang bersifat Islam dan Dagang segera menjadi kabur. Haji Samanhudi meminta Tjokroaminoto untuk memimpin organisasi Serikat Islam.
Sumber :
- Wikipedia
- Sejarah Indonesia Modern 1200-2008 Karya M.C. Ricklefs