Taqwa berasal dari kata waqa, yaqi, wiqayah. Yang artinya takut,
menjaga, memelihara dan melindungi maka dapat diartikan orang yang memelihara
keimanan yang diwujudkan dalam pengalaman ajaran agama islam secara utuh dan
konsisten (istiqomah) atau dapat dikatakan orang yang mematuhi perintah Allah
dan menjauhi laranganNya
Orang yang bertaqwa adalah orang yang
paling tinggi derajatnya diantara manusia-manusia lain, mungkin jika dikatakan
orang nomer satu adalah mereka yang memiliki kedudukan/jabatan yang tinggi,
mereka yang memiliki harta berlimpah dan memiliki pengikut yang banyak, yang
berkulit putih atau dari bangsa Arab atau non-Arab, dsb. Namun Islam tidak
menilai derajat seseorang dari point tersebut, dalam QS.AL-Hujurat:13 yang
artinya: “sesungguhnya orang yang paling
mulia diantara kamu disisi Allah yang paling bertaqwa diantara kamu”. Dengan
derajat terbaik dari setiap insan yang Allah katakan adalah dari tingkat ke
taqwaannya, maka adapun ciri orang yang bertaqwa adalah:
Pertama,
Orang yang menginfakkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit. Berinfaq
tentunya tidak membuat seseorang jatuh miskin atau bertambah sulit, karena
Allah yang menjamin langsung atas setiap harta yang di infaq-kan dijalan Allah
maka Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik.
Kedua,
Orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Rasulullah Shalallahu
‘alaihi wa sallam bersabda “orang kuat bukan diukur dengan bertarung. Orang
kuat adalah yang mampu mengendalikan dirinya saat marah.” (HR.Bukhari dan Muslim)
Lalu bagaimana caranya agar dapat memadamkan amarah?
Rasulullah Salallahu’alaihi wasallam
menganjurkan apabila ketika datang rasa amarah dalam kondisi berdiri, maka
duduklah dan bila belum juga reda maka berbaringlah. Selain itu rasulullah juga
menganjurkan untuk berwudhu ketika dilanda amarah.
Kemudian pada saat diri mampu membalas
namun lebih memilih untuk memaafkan, maka Allah akan membuatkan bangunan
untuknya disurga, dijelaskan dalam HR Thabrani ”barang siapa yang ingin dibangunkan baginya bangunan di surga,
hendaknya ia memaafkan orang yang mendzaliminya, memberi pada orang yang bakhil
padanya dan menyambung silaturahmi kepada orang yang memustuskannya”.
Ketiga,
Senantiasa berbuat kebajikan. Hal ini memang sudah seharusnya ada pada diri
seorang manusia, karena jika berkaca pada diri sendiri yang selalu menginginkan
kebaikan,ketenangan dan kedamaian. Maka tidak akan didapat jika tidak dilakukan
oleh diri sendiri yang melakukanya, karena Allah berfirman “jika kamu berbuat baik (berarti) kam berbuat baik pada dirimu sendiri…”.
QS. Al-Isra:7
Keempat,
Orang yang bertaqwa pada allah, apabila mengerjakan perbuatan keji atau
menzalimi diri sendiri maka ia (segera) mengingat allah, lalu memohon ampunan
atas dosa-dosanya. Dalam HR. Tirmidzi dan Ibnu majah menjelaskan “Rasulullah
Shalallahu ‘alaihi wa sallam ditanya mengenai perkara yang banyak memasukkan
seseorang ke dalam surga, beliau menjawab, “taqwa kepada Allah dan berakhlaq
baik”. Beliau ditanya pula perkara yang banyak memasukkan orang dalam neraka,
jawab beliau, “perkara yang disebabkan karena mulut dan kemaluan”. Maka sudah
sepatutnya kita menjaga diri dari hal-hal yang dilarang dan bersegeralah untuk
meminta ampun kepada Allah atas kesalahan yang dilakukan, karena hal yang
berbahaya bukanlah pada banyaknya kesalahan namun pada kurangnya kesadaran diri
atas setiap kesalahan dan dosa-dosa.
Sungguh Allah telah menjamin surga bagi
orang yang bertaqwa yang luasnya seluas langit dan bumi. Surga adalah
sebaik-baiknya tempat kembali setelah kehidupan didunia, bahkan menjadi
keinginan setiap insan, bagi orang yang bertaqwa tentu mereka mengetahui
hakikat dirinya sebagai seorang hamba dan memahami bahwa sejatinya hidup di
dunia. Dalam QS. Al-An’am:32 yang
artinya “dan kehidupan dunia ini,
hanyalah permainan dan senda gurau, sedangkan negeri akhirat itu lebih baik
bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kalian memahaminya?”.
Mengutip perkataan Imam Hasan Al-Bashri “Tidaklah gambaran kehidupan dunia
seluruhnya dari awal sampai akhirnya kecuali seperti seorang yang tidur, dia
melihat dalam tidurnya apa yang ia senangi kemudian dia terbangun”. Jika
kita perhatikan, sungguh dunia ini hanyalah tipu daya dan saat kematian tiba
maka saat itu pula kita benar-benar merasakan apa yang telah disampaikan oleh
Allah melalui kalamNya. Maha besar Allah atas segala karuniaNya, semoga kita
selalu dan senantiasa menjadi orang yang bertaqwa pada Allah Subhanahu wa
ta’ala dan tidak lalai dari keindahan dunia semata. Wallahua’lam bisshowab.
Sumber referensi:
books.google.co.id
(Buku Pendidikan Agama Islam, oleh Mukhtar zaini Dahlan, M.Pd.I)
https://www.bazsragen.org/2013/05/ciri-ciri-orang-yang-bertaqwa/
Oleh
Tri Widhiastuti, Mahasiswi STEI SEBI dan penerima Beasiswa Baitulmaal
Muamalat. |