Kopi dunia naik sepanjang sebulan terakhir. Pemicunya,
aturan lockdown di
banyak negara memicu masyarakat memborong kopi untuk dikonsumsi di rumah.
Kontrak berjangka merupakan perjanjian untuk membeli atau
menjual produk- dalam hal ini kopi - untuk harga yang ditentukan pada titik
tertentu di masa depan. Ini menunjukkan apa yang orang harapkan dari harga kopi
di masa depan.
Harga kopi naik setelah beberapa
bulan lalu bergejolak, hingga sempat mencapai level terendah 2020 sekitar 97
sen per pon pada 5 Februari. Anjloknya harga dipicu fluktuatif pasar saham yang
mencerminkan adanya kepanikan yang meluas akibat Virus Corona.
Namun harga kopi kemudian bangkit kembali. Pada 25 Maret, harga
kopi berjangka mencapai USD 1,29, melonjak 30 persen dari titik terendah
Februari.
Pembelian Melonjak
"Permintaan konsumen yang bertambah di tengah pandemi
coronavirus mendorong harga komoditas ini, mengatakan saat komoditas lain,
seperti logam atau minyak mengalami penurunan permintaan, kondisi ini itu tidak
terjadi dengan kopi.
"Baru saja terjadi peralihan bentuk konsumsi kopi, dari di
luar rumah ke di dalam rumah," jelas dia.
Meski dia mengaku,
pedagang kopi seperti kedai kopi, bar dan restoran maupun pemasoknya dipastikan
mengalami pukulan telak dari kondisi ini. Usai Lockdown
Sementara di sisi lain, penjualan kopi melalui supermarket
mengalami lonjakan permintaan."Orang-orang mengisi lemari pasokan
makananya jadi mereka akan terus keluar dan membeli," lanjut Copeharuman.Di
sisi lain, lockdown ikut mempengaruhi proses pengiriman kopi ke konsumen. Meski
pada akhirnya produk tersebut tetap dapat dikirimkan ke pasar.
"Karena kopi adalah bahan makanan, bahkan jika suatu negara
terkunci, orang-orang yang bekerja dalam rantai pasokan dianggap sebagai
pekerja penting," katanya.
Perihal prospek harga di kemudian hari saat lockdown dan virus
berakhir, Copeharuman dan Pollard mengaku hal itu masih masih
belum jelas.
"Apakah saat konsumsi turun ketika orang-orang tidak lagi
pergi ke Starbucks atau tidak keluar untuk makan dan minum kopi, akan
dikompensasi dengan peningkatan setara dalam konsumsi di rumah, kita tidak
tahu," kata mereka.
Namun dia memastikan jika pada titik tertentu, konsumen akan
mulai menurunkan stok di rumah dan tidak keluar untuk membeli di supermarket.
"Kami berpikir kemungkinan akan terjadi pada tahun 2020/2021
- sehingga permintaan tambahan yang kami lihat saat ini mungkin akan turun
kembali dari pasar tahun depan," dia menandaskan.