Oleh: Lula Amalia
Jika ditarik mundur, sistem ekonomi islam menjembatani
kepentingan individu-individu yang merasa dirugikan oleh sistem ekonomi
konfensional. Bunga yang diberlakukan pada pinjamanan konvensional juga dinilai
merugikan oleh sebagian masyarakat.
Selain itu, sistem ekonomi islam terbukti mampu bertahan ditengah krisis
moneter yang terjadi beberapa tahun silam, khususnya di indonesia tahun 1997.
Meletakkan Al-Qur’an dan Hadist sebagai sumber referensi
utama, ekonomi islam merupakan sebuah sistem yang bisa dibilang memiliki
rujukan dan acuan yang paling benar. Sementara dari sisi tujuan, terdapat
perbedaan yang sangat mendasar anatara ekonomi konvensional dan ekonomi islam.
Dari sisi tujuan, ekonomi konvensional berfokus mempelajari
perilaku manusia dalam menghadapi kelangkaan serta “memberikan kebebasan kepada manusia untuk apa sumber daya
yang terbatas tersebut digunakan”. Untuk
itu ekonomi hanya mempelajari bagaimana cara mengalokasikan sumber daya yang
terbatas tersebut secara optimum.
Jika dilihat dari lingkup pembahasaannya Ekonomi konvensional
menjadi sebuah disiplin yang mempelajari bagaimana aktifitas ekonomi manusia
dalam menghadapi keterbatasan serta memberikan kebebasan bagi individu untuk menentukan
tujuan (ends) dari dugunakannya sumber daya yang terbatas. Oleh karena itu
ekonomi berfungsi untuk “mengeksplorasi dn menjelaskan” dan bukan ntuk
memberikan “advocate” atau melarang “condemn”.
Sedangkan tujuan dari ekonomi islam itu sendiri merupakan
“goal oriented disciplin” yang berarti
ekonomi islam tidak mempelajari bagia cara (means) pengalokasian sumber daya
terbatas secara efisien tetapi juga mempelajari tujuan (ends) dari penggunaan
daya tersebut.
Serta lingkup pembahasannya yang berbeda dari ekonomi
konvensional yakni mempelajari perilaku manusia ditengah keterbatasandalam
perspektif islam dan juga mempelajari perilaku manusia dalam berkegiatan
ekonomi yang sesuai dengan prisip-prinsip islam.
Seperti yang telah diketahui, ekonomi konvensional
berlandaskan pada teori yang dikemukakan Adam smith bahwa manusia bersifat
rasional yang artinya mementingkan kepentingan pribadinya masing-masing atau
self interest. Konsep bahwa manusia bersifat rasional bukanlah konsep yang
sepenuhnya benar. Adam smith mengeliminasi beberapa faktor seperti agama,
keyakinan, dan lingkungan dalam mengemukakan konsep ini. Tidak selamanya dan
tidak semuah manusia bersifat rasional atau self interest ini. Karena hanya
segelinir orang saja yang berkeinginan untuk bersifat tidak cepat puas dan
hanya segelintir orang saja yang beranggapan bahwa more is always better than
less.