Sulaiman al-Qanuni merupakan Sultan Turki Utsmani terbesar,
disebut juga Sulaiman I. Ia adalah putra sultan Salim I. Melalui ayahnya, ia
memperoleh pelajaran dan ilmu tentang seni berperang dan seni berdamai. Delapan
hari sebelum ayahnya meninggal, yakni tanggal 30 Spetember 1520, ia diangkat
sebagai raja Turki (Sultan Turki) untuk menggantikan ayahnya. Sebelumnya, ia
menjabat sebagai gubernur di Maghnisa.
(Masjid Agung Sulaiman di Turki/Republika) |
Masa pemerintahannya adalah yang terpanjang dibanding dengan
sultan-sultan lainnya., yakni tahun 1520 sampai 1566. Dalam masa
pemerintahannya, dia banyak meraih kemenangan dalam berbagai perang. Tahun 1521,
dia berhasil menguasai Beograd (sekarang ibu kota Serbia, Yugoslavia) dari sini
terbuka jalan menuju Hongaria. Pada bulan Agustus 1524 pasukan Hongaria
berhasil dilumpuhkan hingga sebulan kemudian ibu kota Hongaria, Budapest,
direbut. Dua tahun sebelumnya, tepatnya tahun 1522, dia berhasil merebut sebuah
pulau strategis, Rhodos. Pada saat itu, Rhodos dikuasai oleh Knight of Saint
John (Ksatria Santo Yohanes). Karena strategis, di pulau itu dibangun markas
besar para pembajak untuk menghalang-halangi hubungan Turki dengan
negara-negara Islam lainnya. Kota Nice, pangkalan angkatan laut di bagian
tenggara Perancis, berhasil direbut dari Francois I. Pada tahun 1531, dia
meraih kemenangan dalam perang dengan Austria setelah dua tahun sebelumnya dia
mencapai gerbang kota Wina dan mengepungnya. Pada tahun 1532 dia memimpin
perang melawan Karel V, raja Spanyol. Pasukan Spanyol waktu itu berada di bawah
komando Laksamana Genova Andrea Dorya.
Pada tahun 1533, Sulaiman mengumumkan kesediaanya untuk
menerima tawaran berdamai dengan Perancis. Namun, perdamaian baru terlaksana
pada tahun 1535 dan diputuskan di Baghdad. Perdamaian yang dianggap sebagai
perjanjian konsesi ini menyangkut bidang militer dan ekonomi. Berdasarkan perjanjian
ini, Perancis diberi hak untuk menjalankan perdagangan perlayaran di
daerah-daerah kekuasaan Turki Utsmani dengan membayar 5% dari pajak. Selain itu,
perjanjian juga menyatakan bahwa persaingan-persaingan di Perancis harus
diselesaikan sesuai dengan undang-undang negara mereka sendiri dan mereka
diizinkan untuk menjalankan ritus-ritus keagamaan mereka . mereka juga diberi
hak untuk melindungi relikwi agama Kristen di Yerusalem. Perjanjian juga
mengizinkan seluruh umat Kristen di negara Turki Utsmani untuk mendapatkan
perlindungan Perancis. Namun, perjanjian ini diakhiri dengan Perjanjian Cateau
Cambresis setelah Charles V turun takhta pada tahun 1559.
Pada tahun 1534 Sulaiman membangun Armada laut yang pertama
untuk menghadapi perlawanan pasukan Kaisar Karel V. Armada lautnya diperkuat
oleh Admiral laut yang cakap, Khairuddin
Barbarossa, yang sangat disegani oleh armada Spanyol., Genoa, dan Valentina. Pada
tahun yang sama, Sulaiman juga melakukan penyerangan terhadap kekuatan Persia,
di bawah kekuasaan Tahmasp bin Isma’il as-Safawi. Perang berlanjut selama dua
tahun dan Sultan Sulaiman berhasil merebut Tabriz. Sengketa Turki Utsmani
dengan Persia sebenarnya telah berlangsung sejak lama. Sebelumnya, perang besar
pecah pada tanggal 6 September 1514 di Chaldiran, dekat Tabriz. Berkat keunggulan
yang dimiliki Turki Utsmani, Sultan Sulaiman terus melakukan penyerangan pada
tahun 1538, dan pada tahun 1554 dia menyerbu Azerbaijan. Perang diakhiri dengan
perjanjian perdamaian Persia-Turki pada tahun 1555.
Pada tahun1537, Sultan Sulaiman memerintahkan Admiral
Kahiruddin Barbarossa untuk menguasai laut Aijah (Aegea), yang terletak di
antara Turki dan Yunani, dalam tempo tiga tahun. Pada tahun 1543 Barbarossa
mengepung pantai Italia untuk kemudian menguasai pelabuhan Nicea. Pada tahun
yang sama, Sultan Sulaiman berhasil memasuki kota Budapest dan berhasil
menguasai gereja besar yang kemudian diubah menjadi masjid besar. Di masjid
inilah dibuatkan kantor administrasi kekuasaan Turki Utsmani di kota itu. Pada tahun
1548 dia berupaya menguasai Gharan, tetapi akhirnya Ferdinand menyelesaikannya
melalui perundingan dengan Sultan Sulaiman untuk beberapa tahun.
Memasuki tahun1550, Sultan Sulaiman mendirikan Universitas
as-Sulaimaniyyah. Arsitek pembangunannya diserahkan kepada arsitektur kenamaan,
Sinan. Demikian pula arsitek pembangunan istana, hotel, rumah sakit, lembaga
pendidikan al-Qur’an dan Masjid.
Bagi masyarakat Turki Utsmani, Sulaiman dikenal dengan
sebutan al-Qanuni (Si Pembuat Undang-Undang). Di kalangan Eropa, ia dikenal
dengan nama ‘Solomon the Magnificent” atau “Solomon the Great” (Sulaiman yang
Agung) karena luasnya negara Turki Utsmani dan perkembangan kekuatan negara
selama pemerintahannya. Sultan Sulaiman juga dikenal sebagai penyair, walaupun
dia belum pernah mencapai derajat ayahnya dalam bidang ini. Karyanya, antara
lain, beberapa gazal dan diwan (kumpulan syair). Dia menulis
salinan al-Qur’an dengan tangannya sendiri, dan kini disimpan dengan baik di
Masjid Agung Sulaiman (dibangun tahun 1550-1560). Di Baghdad dia memperbaiki
makam seorang Mujtahid (ahli ijtihad) terkemuka, Abu Hanifah (Imam Hanafi),
pendiri mazhab Hanafi, dan di Konia memperbaiki makam Maulana Jalaluddin
ar-Rumi.
Sultan Sulaiman wafat pada tahun 1566 di dekat kota
Szigetvar, Hongaria, sewaktu ia memimpin pertempuran merebut kota itu. Jenazahnya
dimakamkan di Masjid Agung Sulaiman, di Constantinopel (Istanbul).
Keterangan : artikel ini diambil dari Ensiklopedi Islam jilid
4 (Departemen Pendidikan Nasional tahun 2002)