Oleh Iman Munandar
Maulana Malik Ibrahim dikenal sebagai salah seorang dari
Walisongo dan pelopor penyebaran dakwah di Jawa. Beliau dilahirkan di
Samarkand, Asia Tengah, pada paruh awal Abad 14. Beliau memiliki garis
keturunan yang bersambung kepada Ahlu Bait, melalui garis keturunan Zainal
Abidin bin Hasan bin Ali bin Abi Thalib.
(Hellosurabaya.com) |
Walaupun disebut sebagai pelopor penyebaran Islam di pulau
Jawa, bukan berarti bahwa beliau lah yang mula-mula memasukkan Islam ke pulau
Jawa. Di Gresik, ada nisan sebuah makam yang bernama Fatimah binti Maimun yang
wafat pada tahun 475 H/ 1082 M. Sementara Maulana Malik Ibrahim mulai hijrah ke
pulau Jawa pada tahun 1392 M. Artinya Maulana Malik Ibrahim sebagai pelopor penyebaran
Islam secara intensif dan terpadu. Misi beliau ialah Islamisasi Jawa.
Maulana Malik Ibrahim berdakwah di daerah Sembalo sekarang
daerah Leran kecamatan Manyar, 9 km dari utara kota Gresik. Daerah tersebut
merupakan daerah kekuasaan kerajaan Majapahit.
Kondisi masyarakat pada masa itu sedang dilanda krisis
ekonomi dan perang saudara. Dan ditambah lagi masyarakat pada saat itu menganut
struktur sosial yang berkasta; kasta Sudra, Kasta Waisya, Kasta Ksatria, dan
kasta Brahmana. Walaupun Maulana Malik Ibrahim bukan asli penduduk setempat,
beliau melakukan strategi dakwah sebagai berikut;
1.
Membuka sebuah toko atau warung yang menyediakan
sembako dengan harga yang sangat murah.
2.
Membuka pengobatan secara gratis untuk
masyarakat yang notabenenya beragama Budha/Hindu
3.
Mengajarkan cara-cara baru dalam bercocok tanam.
Beliau pandai merangkul kasta bawah yang selama itu disisihkan.
Apa yang dilakukan oleh Maulana Malik Ibrahim dapat menarik
simpati dari hati Masyarakat. Metode dakwah Maulana Malik Ibrahim sangat
efektif untuk menyempurnakan misi dakwahnya. Untuk membina masyarakat yang baru
masuk Islam, beliau membangun dan menata
pondokan sebagai tempat belajar agama Di Leran. Generasi penerusnya wali-wali
lain memiliki keterikatan dalam kekeluargaan.
Hikmah bagi kita
Maulana Malik Ibrahim sangat memahami kondisi realita
masyarakat yang akan dihadapinya. Mengingat dirinya bukan pribumi asli, beliau
melaksanakan 3 metode dakwah yang mampu menarik simpati hati masyarakat yang
notabenenya beragama Hindu/Budha. Begitu pula kondisi saat ini, seorang Da’i
harus betul-betul paham kondisi masyarakat saat ini. Metode dan strategi yang
mana tepat sasaran untuk merangkul masyarakat menjadi masyarakat yang madani. Sebagaimana
Rosulullah saw. contohkan pada generasi umat Islam di Madinah.
Rujukan:
Ensiklopedi Islam,
SKI
Rujukan:
Ensiklopedi Islam,
SKI