Oleh Siti Masrofah
Turki(turk) berasal dari kata
taraka-yatruku, artinya meninggalkan. Hal ini dikarenakan menurut Wahb bin
Munabbih, mereka adalah anak dari keturunan paman Yakjuj dan Makjuj, yakni pada
saat Dzulkarnain membangun tembok, sebagian dari Yakjuj dan Makjuj tidak
bersama kaum mereka hingga mereka tertinggal dan tidak masuk dalam tembok. Maka
dari itulah mereka dinamakan at-Turk. Turki Utsmani menunjukkan pada kekaisaran
Ottoman yang didirikan oleh kabilah Qayigh Oghus salah satu anak Turk yang
mendiami sebelah barat gurun Gobi atau daerah Mongol dan daerah utara negeri
Cina.
Khilafah Utsmani pada abad ke-16
merupakan lambang dari kemajuan dunia dan sumber inspirasi abad pertengahan di
Eropa. Kejayaan Utsmani ditandai dengan direbutnya kota konstantinopel,
merupakan kota yang banyak diidam-idamkan oleh setiap bangsa di dunia. Sebab
letaknya strategis berada di jalur darat dari Eropa ke Asia dan jalur laut dari
laut Hitam ke laut Mediterania, serta memiliki sebuah pelabuhan besar dan
masyhur semakin menunjang alur perdagangan rempah-rempah pada saat itu.
Penaklukan kota Konstantin oleh Muhammad
al-Fatih pada tanggal 29 Mei 1453, menjadi barometer betapa kuatnya Daulah
Islamiyyah pada saat itu. Menurut Drubber sosok Muhammad al-Fatih diyakini
memiliki kemampuan teknik perang yang sangat mumpuni, dan pandai menggunakan
semua senjata juga karena ke paripurnaan ruh keimanannya. Kejayaan Turki
Utsmani menunjukkan dari keimanan rakyatnya pada Allah, taat pada ajarannya dan
peng aplikasi an syariatnya, dimana jihad adalah jalan hidup yang mereka tempuh
dan syahid adalah puncak cita-cita hidup termulia.
Namun, Turki Utsmani diterpa badai di
akhir masa pemerintahan disebabkan oleh banyak faktor baik dari internal Turki
Utsmani sendiri pun dari eksternal. Dalam istilah Arnold J Toynbee dalam buku
adikaryanya A Study of History menyebutkan bahwa kebangkrutan sebuah peradaban
adalah diakibatkan oleh ketidakmampuan pelaku peradan itu untuk merespon
tantangan yang sedang berkembang. Hal tersebut juga dialami oleh sultan-sultan
Turki Utsmani setelah al-Fatih, yakni ketidakmampuan sultan dalam merespon
perubahan-perubahan pada jamannya. Juga dilatarbelakangi oleh semakin lemahnya
kekuasaan Sultan dan tidak memiliki semangat serta buruknya kualitas iman semakin
mempercepat kehancuran dinasti Turki Utsmani.
Beberapa faktor penyebab runtuhnya Turki Ustmani
1. Salah satu bentuk kebenaran iman
adalah adanya loyalitas (wala') dan disloyalitas (bara')
Rasulullah SAW bersabda
Artinya: ikatan iman yang paling kuat
adalah loyalitas dalam keimanan kepada Allah SWT dan memusuhi karena Allah,
serta cinta dan benci juga karena allah[1]
Di akhir masa pemerintahan turki Ustmani
yakni pada abad ke tiga belas dan empat belas Hijriyah terjadi penyimpanan arti
dari loyalitas dan disloyalitas tersebut. Hal ini disebabkan karena jauhnya
peran ulama rabbaniyyah pada pemerintahan Ustmani, diperparah dengan sikap
lemah para sultan terhadap orang-orang kafir. Sultan Mahmud II mengatakan
"Sesungguhnya saya tidak mau sejak sekarang untuk membedakan antara kaum
muslimin kecuali di dalam masjid, dan orang-orang Kristen kecuali di dalam
gereja, dan orang-orang Yahudi kecuali di dalam Sinagog. Saya inginselama
mereka menyatakan hormat pada saya, mereka semua bisa menikmati persamaan dalam
hak-hak mereka mendapat perlindungan serupa". Dari pernyataan itulah
orang-orang kafir mendapat keuntungan banyak dan mampu menggoyahkan akidah umat
Islam pada saat itu.
2. Penyempitan makna ibadah
Orang-orang Utsmani generasi awal
memahami ibadah dengan pemahaman yang menyeluruh dan komplit, sebagaimana yang
Allah SWT kehendaki. Yakni ibadah itu hendaknya mencakup segala aktivitas
kehidupan manusia. Sebagaima firman Allah :
Ù‚ُÙ„ۡ Ø¥ِÙ†َّ صَÙ„َاتِÙŠ ÙˆَÙ†ُسُÙƒِÙŠ ÙˆَÙ…َØۡÙŠَايَ ÙˆَÙ…َÙ…َاتِÙŠ
Ù„ِÙ„َّÙ‡ِ رَبِّ ٱلۡعَٰÙ„َÙ…ِينَ ١٦٢ Ù„َا Ø´َرِيكَ Ù„َÙ‡ُÛ¥ۖ ÙˆَبِØ°َٰÙ„ِÙƒَ Ø£ُÙ…ِرۡتُ
ÙˆَØ£َÙ†َا۠ Ø£َÙˆَّÙ„ُ ٱلۡÙ…ُسۡÙ„ِÙ…ِينَ ١٦٣
Artinya: ‘’Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku,
ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.
Tiada sekutu bagiNya; dan demikian Itulah yang diperintahkan kepadaku dan
aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)”. (QS
Al-An’am 162-163)
Maka jadilah kehidupan mereka penuh
dengan karya-karya besar dan agung, yang memperkuat pemerintahan Islam itu.
Namun, orang-orang Ustmani generasi akhir mereka memposisikan ibadah hanya
sekadar kerja dan mencukupkan diri dengan formalitas-formalitasnya.
Penyimpangan makna ibadah yang menyeluruh ini adalah salah satu sebab yang
membuka pTeluang maraknya madzhab sekuler dalam pemerintahan Ustmani pada akhir
masa pemerintahannya dan dominannya slogan-slogan sekulerisme di
wilayah-wilayah yang berada di wilayah pemerintahan Utsmani.[2]
3. Menyebarnya fenomena syirik, bid'ah
dan khurafat
Di akhir pemerintahan Ustmani terjadi
penyelewengan terkait kuburan. Dimana sebagian fuqoha memberikan fatwa
dibolehkannya membangun kubah-kubah di atas kubur, jika orang yang meninggal
itu adalah orang yang baik dan utama. Praktik syirik tersebut padahal telah
jelas dilarang oleh Rasulullah Saw dalam sabda nya
" Sesungguhnya mereka jika ada
di antara mereka seorang laki-laki saleh yang meninggal, mereka akan membangun
masjid di atas kuburannya. Kemudian mereka menggambar gambar-gambar itu. Mereka
adalah sejelek-jelek mahluk di sisi Allah."
Pun juga ditemukan banyaknya praktik
bid'ah hampir di semua tempat. Dilakukan oleh orang-orang bodoh dan didukung
oleh orang-orang alim. Maka jadilah yang sunah itu bid'ah dan yang bid'ah itu
sunah. Ditambah lagi dengan mitos-mitos dan legenda yang menyesatkan juga
muncul di akhir masa pemerintahan Ustmani. Praktik khurafat yang paling
terkenal yang ada di Istanbul yaitu, bahwa masjid jami' Khawaja Musthafa Pasya
dikelilingi oleh rantai yang ujungnya dikaitkan pada sebuah pohon yang sangat
tua. Mereka meyakini setiap orang yang mengingkari sesuatu yang benar dan dia
duduk di bawah rantai itu, maka rantai akan jatuh ke kepala nya dan jika dia
benar dalam pengingkarannya maka rantai itu tidak akan bergerak.
Dari sekian banyaknya faktor penyebab
runtuhnya dinasti Turki Utsmani secara umum dapat diambil garis besarnya yaitu
disebabkan lemahnya akidah keimanan dan loyalitas pada syariah ditambah dengan
menebarnya tindak kemusyrikan dan banyaknya bid'ah dan khurafat. Padahal
pendorong utama tegaknya Turki Utsmani adalah faktor keimanan.
Referensi:
Bangkit dan Runtuhnya Khilafah
Utsmaniyah oleh Dr. Ali Muhammad Ash-Shalabi.
Ibrahim Hasan, Tarikh Al-Islami,
(Cairo: Maktabah al-Nahdhah al- Misriyah, 1976), jilid IV, h. 324