(Aerial view of Mina-islamiclandmark.com) |
Mereka terdiri dari tujuh puluh lelaki dan 2 perempuan.
Mereka berjanji kepada Rosulullah Saw. Untuk bertemu di Aqabah pada pertengahan
hari Tasyriq. Setelah pelaksanaan haji selesai, mereka tidur bersama kaum
musyrik Madinah . ketika larut malam, mereka keluar dengan sembunyi-sembunyi
untuk menemui Rosulullah Saw. Di sebuah lembah di pinggir Aqabah. Sementara
beliau ditemani oleh pamannya bernama Abbas bin Abdul Muthalib.
Mereka berkata,”Ambillah dari kami apa saja yang kamu suka
untuk dirimu dan Rabbmu.” Rosulullah kemudian berbicara dan membacakan
al-Qur’an. Beliau mengajak supaya mengimani Allah dan memberikan dorongan
kepada Islam, kemudian beliau bersabda, “Aku baiat kamu untuk membelaku sebagaimana kamu membela
istri-istrimu dan anak-anakmu.”
Barra’ bin Ma’rur maju dan menjabat tangan Rosulullah Saw
seraya mengucapkan, “Ya, demi Allah yang mengutusmu sebagai Nabi dengan membawa
kebenaran, kami berjanji akan membelamu sebagaimana kami membela diri kami
sendiri. Baiatlah kami, wahai Rosulullah! Demi Allah, kami adalah orang-orang
yang ahli perang dan senjata secara turun-temurun.”
Di saat Barra’ masih berbicara dengan Rosulullah Saw., Abul
Haitsam bin Taihan menukas dan berkata, “Wahai Rosulullah, kami terikat suatu
perjanjian dengan orang-orang Yahudi dan perjanjian itu akan kami putuskan!
Kalau semuanya itu telah kami lakukan, kemudian Allah memenangkan engkau (dari
kaum musyrik), apakah engkau akan kembali lagi kepada kaummu dan meninggalkan
kami?” Mendengar itu, Rosulullah Saw. tersenyum kemudian berkata, “Darahmu
adalah darahku, negerimu adalah negeriku; Aku darimu dan kamu dariku, aku
berperang melawan siapa saja yang memerangimu dan aku akan berdamai dengan
siapa saja yang berdamai denganmu.”
Lalu Rosulullah meminta dihadirkan dua belas orang dari mereka
sebagai naqib (wakil) dari masing-masing kabilah yang ada di rombongan. Dari
mereka terpilih sembilan orang dari kabilah Khazraj dan tiga orang dari kabilah
Aus. Kepada dua belas wakil yang terpilih itu, Rosulullah Saw. Bersabda,
“Selaku pemimpin dari masing-masing kabilahnya, kamu memikul tanggung jawab
atas keselamatan kabilahnya sendiri-sendiri sebagai kaum Hawariyin (dua belas
orang murid Nabi Isa as) bertanggung jawab atas keselamatan Isa putra Maryam.
Adapun aku bertanggung jawab atas kaumku sendiri (yakni kaum muslimin di
Makkah)”
Barra’ bin Ma’rur adalah orang yang pertama maju membaiat
Rosulullah, kemudian diikuti oleh lainnya. Setelah itu, beliau menyuruh mereka
kembali ke tempat perkemahannya.
Abbas bin Ubadah bin Niflah kemudian berkata, “Demi Allah
yang mengutusmu membawa kebenaran, jika engkau suka, kami siap menyerang
penduduk Mina dengan pedang kami esok hari.”
Kemudian beliau menanggapinya, “Kita belum diperintahkan
untuk itu, tapi kembalilah kamu ke tempat perkemahanmu.”
Sejumlah orang Quraisy datang kepada jamaah haji asal
Madinah, mereka menanyakan kepada kaum Khazraj perihal keterlibatan kaumnya
menemui Rosulullah, mengajaknya pergi, dan berbaiat untuk melancarkan
peperangan terhadap kaum Quraisy. Diantara mereka yang masih musyrik menyatakan
kesaksian mereka dengan sumpah bahwa yang dikatakan Quraisy tidaklah benar dan
mereka tidak mengetahui. Kaum muslimin diantara mereka saling memandang, bahwa
benar kaum musyrik Madinah tidak berdusta dan tidak mengetahui duduk perkara
sebenarnya.
Setelah rombongan haji asal Madinah meninggalkan Mina,
barulah orang-orang Quraisy mengetahui perkara sebenarnya. Mereka mengejar dan
mencarinya, namun berhasil lolos, kecuali
Sa’ad bin Ubadah dan al-Mundzir bin Amr (mereka berdua sebagai Naqib)
tertangkap di Adzakhir (sebuah tempat dekat Mekkah). Al-Mundzir dapat
meloloskan diri dari kepungan Quraisy, sementara
Sa’ad bin Ubadah diseret dengan kedua tangannya diikat ke lehernya di bawa ke
Mekkah. Karena Sa’ad bin Ubadah memiliki perjanjian dengan salah seorang elit
Quraisy, ia pun dibebaskan
Selesai di kaki Gunung Gede Pangrango
keterangan; diolah dari sirah nabawiyah karya Muhammad Sa'id Ramadhan al-Buhty dan Shafiyyurhman al-Mubarakfuri
keterangan; diolah dari sirah nabawiyah karya Muhammad Sa'id Ramadhan al-Buhty dan Shafiyyurhman al-Mubarakfuri
Iman Munandar
Blogger, Guru, konsultan Property.